Richard Carlson mengingatkan bahwa banyak kegelisahan lahir bukan karena masalah yang besar, melainkan karena perhatian kita terlalu lama menetap pada hal-hal yang seharusnya tidak dominan. Komentar sepele, tekanan sosial, atau perbandingan dangkal membesar bukan karena bobotnya, tetapi karena kita gagal menempatkannya secara proporsional.
Namun, mengelola skala perhatian bukan berarti meniadakan tanggung jawab. Prinsip ini tidak dimaksudkan sebagai pembenaran untuk berhenti bertumbuh, melainkan sebagai cara menjaga kejernihan agar proses pertumbuhan tetap berlangsung.
Kedewasaan memang bergerak melalui ritme dan konteks yang berbeda. Ada yang dipercepat oleh keadaan, ada yang ditempa secara perlahan. Perbedaan ini bukan alasan untuk saling merendahkan, tetapi juga bukan legitimasi untuk berdiam diri. Ritme yang berbeda tetap mengandaikan arah yang sama: kesadaran, refleksi, dan upaya memperbaiki diri.
Perbandingan, jika digunakan dengan jujur, dapat menjadi alat evaluasi yang sehat. Ia membantu kita mengenali posisi diri tanpa berubah menjadi standar kaku atau sarana menghindari tuntutan perubahan. Ketika perbandingan dihindari demi kenyamanan semata, yang terjadi bukan penerimaan, melainkan penyangkalan.
Intinya bukan sekadar mengecilkan perkara, melainkan menempatkannya dengan tepat. Termasuk menempatkan kekurangan diri sebagai hal yang perlu disadari dan diupayakan, bukan disembunyikan di balik narasi “proses”.
Kedewasaan bukan arena penilaian antarindividu, tetapi juga bukan zona aman bagi stagnasi. Ia adalah proses berkelanjutan untuk memahami diri, mengoreksi arah, dan tetap bergerak—meski perlahan—menuju versi diri yang lebih bertanggung jawab.